Pada perkembangan berikutnya, setelah terbentuk komunitas kecil di daerah itu, maka disebutlah daerah itu dengan nama “Muntok” , sedangkan Tanjung yang pertama kali dilihat dan ditunjuk oleh Mas Ayu Ratu diberi nama Tanjung Kelihatan yang selanjutnya lazim disebutl “Tanjung Kelian”. Kemudian diangkatlah Wan Akub sebagai Kepala Pemerintahan di daerah yang baru dibuka itu. Atas perintah Sultan, maka untuk tahap pertama dibangun 7 (tujuh) Bubung Rumah di daerah tersebut (Muntok). Setelah pembangunannya selesai, Wan Akub diangkat menjadi Kepala Urusan Penambangan Timah yang berkedudukan di Muntok dengan gelar Datuk Rangga Setia Agama.
Setelah Sultan Mahmud Badaruddin I wafat (tahun 1756), maka Kesultanan Palembang digantikan oleh Ahmad Najamuddin, sedangkan keadaan di Muntok pada saat itu juga sedang berkabung karena Menteri Rangga dan Wan Muhammad juga wafat. Menyikapi keadaan yang demikian, maka Sultan Palembang yang baru (Ahmad Najamuddin) mengangkat petugas kerajaan setingkat Tumenggung untuk menjadi Kepala Pemerintahan di Muntok sekaligus menjadi kepala pemerintahan Pulau Bangka. Pada waktu itu yang diangkat menjadi tumenggung adalah Abang Pahang, yaitu salah seorang keturunan Wan Abdul Hayat yang selanjutnya oleh Sultan Palembang diberi gelar Tumenggung Dita Menggala.
Pada Masa Penjajahan Belanda untuk kepentingan sistem navigasi pelayaran yang memasuki perairan Selat Bangka, pada tahun 1862 Belanda membangun sebuah mercusuar di Tanjung Kelian, dengan mempekerjakan arsitek Inggris. . Pada saat Belanda menduduki Muntok, maka perkembangan Muntok sebagai Pusat kota tampak begitu jelas, terutama ditandai dengan berdirinya beberapa bangunan penting.
Diantaranya adalah; Eks Kantor Penambangan Timah Bangka Di Muntok Pada Masa Penjajahan Belanda BTW (Banka Tin Winning) yang dibangun pada tahun 1915, Eks Rumah Residen Belanda Untuk Pulau Bangka Di Muntok Yang Dibangun Pada Tahun 1850 an, Seiring dengan makin ramainya aktivitas di pelabuhan Muntok dengan arus pendatang yang hilir mudik atau pulang pergi, maka pada tahun 1860 Belanda mendirikan satu fasilitas lagi berupa dermaga atau jembatan panjang ke arah laut yang disebut Ujung Brug .Layaknya sebuah dermaga pada umumnya, jembatan Ujung Brug pun dimaksudkan untuk menaikkan dan menurunkan penumpang di Muntok sekaligus juga dimaksudkan agar memudahkan kapal-kapal besar Belanda untuk merapat di Muntok.
Serta yang tak kalah penting adalah dibangunnya sebuah tempat peribadatan yang menjadi kebanggaan ummat Islam pada masa itu hingga masa sekarang yakni; Masjid Jami^ yang dibangun pada tahun 1883 M (19 Muharam 1300H). Masjid Jami^ itu merupakan masjid tertua di Pulau Bangka. Pembangunan masjid tersebut dilakukan pada masa pemerintahan H. Abang Muhammad Ali dengan Gelar Tumenggung Karta Negara II dengan dibantu oleh tokoh masyarakat Muntok pada saat itu yaitu H. Nuh dan H. Yakub. Adapun posisi masjid tersebut berdampingan atau bersebelahan dengan sebuah kelenteng tua yang usianya lebih kurang 83 tahun di atas usia masjid itu sendiri

Masjid Jamik Muntok Yang Dibangun Oleh
Temenggung Kartanegara II (Abang M. Ali)
Serta Tokoh Masyarakat Muntok Waktu Itu H. Nuh Dan H. Yakub Pd Tahun 1300 H (1883M)
PROFIL SEKARANG
.jpg)
.jpg)
.jpg)
.jpg)
.jpg)
.jpg)

.jpg)
.jpg)
No comments:
Post a Comment