Hanya Karena Perangkap Tikus
Oleh: "Isriyanto, S.Pd" | Giat Belajar
Nov 6, 2011
Seekor tikus mengintip di balik celah di tembok untuk
mengamati sang petani dan istrinya, saat membuka sebuah bungkusan. Ada makanan
pikirnya? Tapi, dia terkejut sekali, ternyata bungkusan itu berisi perangkap
tikus. Tikus berlari kembali ke lading pertanian sambil menjerit memberi
peringatan; “awas, ada perangkas tikus di dalam rumah, hati-hati, ada perangkap
tikus di dalam rumah”.
Mendengar itu sang Ayam dengan tenang berkokok dan sambil
tetap menggaruki tanah, mengangkat kepalanya dan berkata, “Ya maafkan aku Pak
Tikus. Aku tahu ini memang masalah besar bagi kamu, tapi buat aku secara
peribadi tak ada masalahnya. Jadi jangan buat aku sakit kepala-lah”.
Tikus berbalik dan pergi menuju sang Kambing. Katanya “ ada perangkap tikus di dalam rumah, sebuah perangkap tikus di rumah!”
“wah aku menyesal mendengar kabar ini,” si Kambing
menghibur dengan penuh simpati, “tetapi tak ada sesuatu pun yang bisa kulakukan
kecuali berdo’a. yakinlah, kamu senantiasa ada dalam do’a-do’aku!”
Tikus kemudian berbelok menuju si Sapi.
“Oh?, sebuah perangkap tikus?, jadi saya dalam bahaya besar
ya?” kata sapi sambil ketawa, berleleran liur.
Dengan kecewa, si tikus kembali ke rumah, dengan kepala
tertunduk dan merasa begitu patah hati, kesal dan sedih, terpaksan menghadapi
perangkap tikus itu sendirian. Ia merasa sungguh-sungguh sendiri.
Ketika malam menjelang, dan terdengar suara bergema di
seluruh runmah, seperti bunyi perangkap tikus yang berhasil menangkap mangsa.
Isteri petani berlari pergi melihat apa yang terperangkap. Di dalam kegelapan
itu dia tak bisa melihat bahwa yang terjebak itu adalah seekor ular berbisa. Ular
itu pun sempat mematuk tangan isteri petani itu. Petani itu bergegas membawanya ke rumah sakit.
Si istri kembali
ke rumah dengan tubuh menggigil, demam. Dan, sudah menjadi kebiasaan, setiap
orang sakit demamm, obat pertama adalah memberikan sup ayam segar yang hangat.
Petani itu pun mengasah pisaunya, dan pergi ke kandang, mencari ayam untuk
bahan supnya.
Tapi, bisa itu
sungguh jahat, si isteri tak langsung sembuh. Banyak tetangga yang datang
membesuk, dan tamu pun sangat ramai ke rumahnya. Si Petani pun harus menyiapkan
makanan, dan terpaksa, Kambing di kandang dia jadikan gulai. Tapi, itu tak
cukup, bisa itu tidak dapat ditaklukan. Si isteri meninggal, dan berpuluh orang
datang untuk mengurus pemakaman, juga selamatan. Tak ada cara lain, Sapi di
kandang pun dijadikan bahan makanan untuk puluhan pelayat dan peserta
selamatan.
Kawan, apabila
kita mendengar ada seseorag yang menghadapi masalah dan kita pikir itu tidak
ada kaitannya dengan kita, ingatlah bahwa apabila ada “perangkap tikus” di
dalam rumah, seluruh “ladang pertanian” ikut menanggung resikonya.
Sikap
mementingkan diri sendiri lebih banyak keburukan daripada kebaikannya.
Label:
CERITA LUCU,
OPINI
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment