Home » » Cerita Kita

Cerita Kita

Oleh: "Isriyanto, S.Pd" | Giat Belajar May 29, 2008
BURUH CINA (new)
Cina sekarang benar-benar dahsyat, termasuk negara paling maju di Asia. Pertumbuhan ekonominya diatas 9%. Luar biasa ! Amerika sempat keder hingga melakukan pembatasan dan pengawasan politik mulai anggaran militer, nilai tukar uang sampai pembatasan impor produk tertentu. Bahkan menurut Bank Dunia, pada tahun 2010 Cina akan menjadi raksasa ekonomi nomor satu dunia, sedangkan yang kedua mungkin Amerika atau Jepang.
Ditengah salah satu kunjungannya ke Asia, seorang utusan Cina mampir di desa tempat Kyai Syuro tinggal. Beberapa delegasi itu akan memberikan sumbangan bagi pembangunan Musholla agar lebih megah. Kebetulan, Kyai Syuro sebagai wakil penduduk menerima kedatangan mereka di balai desa. Kemudian Kyai Syuro berbincang santai dengan mereka.
Kyai : “Negara Anda sungguh hebat, saya melihat di TV dan koran, negara Cina maju pesat hanya dalam beberapa tahum.”
Cina : “Benar, itu semua berkat produktivitas buruh kami yang cukup tinggi.”
Kyai : “Negara kami juga punya banyak buruh, bahkan ada yang, bahkan ada yang dikirm ke Negeri Jiran, Singapura, Hongkong dan Timur Tengah. Tapi kenapa pertumbuhan ekonomi tidak setinggi negara anda, apa yang membedakan ?
Cina : “Jelas beda, di Negara kami tdak ada buruh kontrak, semua buruh adalah pekerja tetap.”
Kyai : “+*&#$+!”


BENAR MEMANG (new)
Saat malam larut. Rumah Kyai Syuro didatangi tiga orang sama-sama panas (maksudnya emosi). Mereka saling mengadukan dan menggugat karena keyakinannya dianggap salah oleh masyarakat.
“Kedatangan kami ke sini untuk curhat, Kyai,” kata salah seorang di antaranya. “Kami mempertanyakan tentang keyakinan yang kami anut. Kami sama-sama orang beragama, tapi agama kami dilecehkan oleh orang lain, bahkan kami sempat diuber-uber mau dibunuh.”
“Coba jelaskan,” kata Kyai.
“Saya penganut aliran Monkey, saya menyembah Monyet, namanya Monyet, kan tidak apa-apa mengambil barang orang lain, maka saya tidak makan daging monyet. Kalau daging Kentucky saya doyan,” jelas orang pertama.
“Saya penyembah bulan. Setiap bulan purnama, saya pergi ke tanah lapang dan melakukan ritual telanjang, sampai-sampai saya ditangkep hansip karena dikira gila.” Ujar orang yang kedua
“Kalau saya, meyakini kucing sebagai binatang suci. Di rumah saya banyak kucing, bahkan kencingnya pun saya anggap berkah.”
Dengan berlagak pintar Kyai Syuro menerangkan,
“Keyakinan adalah urusan dalam negeri hati seseorang. Tidak boleh dipaksakan. Karena itu, banyak kalangan berpendapat bahwa apapun kepecayaan atau agama sesseorang, maka dia tidak dapat di vonis berasalah. Kepercayaan model begini sebenarnya sudah lama berkembang mulai zaman animisme, dinamisme dan politisme. Dari buyutnya Qorun sampai anak cucunya Fir`aun. Hanya saja belakangan ini marak kembali. Terhadap keyakinan Bapak-bapak ini, bagi saya tidak ada yang salah alias semuanya benar.”
“Benar begitu, Kyai ? sambut ketiga orang itu serentak senang.
“Ya, kalian semuanya benar, Benar-benar masuk neraka!” seru Kyai tegas.


KEGAGALAN PEMERINTAH

Sejak hawa di ciptakan, Adam sangat tertarik padanya sampai-sampai rela memakan buah khuldi gara-gara menuruti ajakan istrinya itu. Ini membuktikan kalau laki-laki gandrung terhadap wanita. Nabi SAW, bahkan mengkhawatirkan suatu fitnah maha hebat yang tak lain disebabkan wanita.
Banyak cerita yang mengisahkan kalau wanita bisa menjadi spirit hidup, namum tidak sedikit pula wanita bisa menjadi biang kehancuran. Di zaman edan saat ini, wanita memang menjadi isu yang sangat menarik. Mulai dari cerita Dewi Persik sampai dewi-dewi yang lain, mulai dari persamaan hak sampai prostitusi. Nah, untuk yang kedua ini lagi hangat mendapat sorotan. Biasanya, para pelaku yaitu PSK ada yang menunggu di pinggir-pinggir jalan. Atau berada di tempat-tempat yang berkedok salon, kafe bahkan warung. Sebenarnya, mereka ini patut dikasihani sebab tidak semuanya murni berprofesi sebagai penjajah tubuh, ada yang akibat desakan ekonomi, ditinggal pacarnya atau bahkan frustasi. Tapi apapun namanya, menjual diri jelas dilarang agama, baik yang dilegalkan negara atau tidak. Melihat kondisi ini, Kyai Syuro terheran-heran, "Kalau dibiarkan, adzab Allah pasti turun." ujarnya.
Saat berada di sebuah warung, masalah ini dibahas lengkap dengan beberapa orang yang lagi ngopi.
"Saya kemarin lihat di TV, PSK di kabupaten kita semakin banyak," kata orang pertama yang lagi makan nasi uduk campur tahu bunting.
"Itu sudah biasa, Mas, mereka kan mencari nafkah....." jelas orang yang kedua.
"Hush, masalah sosial kok dianggap biasa," tegas Kyai Syuro, "Itu bisa mendatangkan adzab Allah!"
"Seharusnya yang berperan untuk itu adalah pemerintah daerah," timpal orang ketiga sambil menyeduh kopi susu siap minum.
"Tapi nyatanya pemerintah masih belum bisa mengatasinya dengan baik," kata Bang Jali, tukang ojek yang sering ngepos di pasar.
"Bener sekali, Bang! Buktinya, kalau sampeyan lihat di Tanjung Curam dekat lampu kilat, gadis-gadis ingusan berjajar di pinggir jalan mencari mangsa. Saya kepingin beli ...." tambah orang pertama cekikikan.
"Yang jelas, perlu peran Kyai agar mereka bisa mentas dari pekerjaan buruknya, masak para Kyai diam saja." kata pemilik warung sambil melirik Kyai Syuro.
"Lah wong Pemerintah yang punya banyak personel saja tidak bisa mengatasi, apalagi Kyai seperti saya yang seorang diri," katanya tanpa merasa bersalah.


KYAI POLITIK
Entah karena apa, tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba Kyai Syuro merasakan hasrat menggelora dalam dadanya. Baru kali ini berkecamuk ria tanpa sebab. Setelah menonton peringatan 100 tahun kebangkitan nasional, Kyai ingin meniru orang-orang yang telah berjuang merebut kemerdekaan dulu kala. Namun sekarang tidak ada lagi peperangan. Tidak ada agi tank-tank penjajah dan gempuran senapan otomatis penjajah. Tidak ada lagi suara dentuman bom yang memekakkan telinga. Jadi bagaimana caranya untuk menunjukkan rasa nasionalisme itu?.
Setelah banyak ngobrol dengan kalangan yang ikut aktif menjadi pengurus Partai Politik, Kyai nampaknya ingin ikut bergabung. "Rodee dalam Introduction to Political Science, 1983, menegaskan salah satu fundamen demokrasi adalah adanya competing political parties - partai-partai yang bersaing guna memperjuangkan aspirasi golongannya dengan mandiri, tidak disokong, tidak pula ditekan oleh pemerintah. Johan Goodtfried Herder menyebutnya sebagai kesetiaan pada wilayah, bahasa, sejarah, religiusitas atau agama, itulah bentuk nasionalisme saat ini," komentar Mr. Son salah satu pentolah DPP partai Kurindam saat memberi penjelasan kepada Kyai Syuro.
"Jadi, kalau kita ingin berjuang membangung negei ini salah satunya adalah dengan ikut aktif dalam partai politik?"
"Benar," jawab Mr. Son. Kyai Syuro merasa tertantang mendengar penjelasan itu. Selama ini hanya berkiprah dalam dunia dakwah dan merasa bidang itu masih belum cukup menunjukkan rasa nasionalismenya. Buru-buru Kyai pulang dan menceritakan apa yang diketahuninya sekaligus meminta dukungan istri tercinta.
Kyai Syuro: "Sebagai bentuk rasa nasionalisme, aku ingin berpolitik, Bu."
Istri: "Apa nanti tetap bisa ngasih ceramah, mengingat waktu Bapak sangat padat?"
Kyai Syuro: "Gampang bisa disesuaikan."
Istri: "Saya baca di koran kalau aktifitas politik itu rentan perbuatan kotor, Pak. Ada yang main suap untuk memenangkan calon yang diusung untuk jadi wakil rakyat...."
Kyai Syuro: "Itu sudah tahu, tapi saya sebagai kyai harus bisa mewarnai."
Istri: "Maksud Bapak?"
Kyai Syuro: "Saya akan berdakwah dari dalam."
Istrinya: "Dari dalam organisasi?"
Kyai Syuro: "Benar, saya akan meniru kyai-kyai yang sudah lama berkecimpung dalam dunia politik dan tidak pernah tergiur dengan permainan kotor partai."
Istri: "Tapi ya..... apa ada?"
Kyai Syuro: ""#$*&=+@#^&*"
Share this article :

No comments:

 
Support : Harapan hati, bisa bermanfaat dan diterima apa yang ada di blog ini | Kalau Suka tolong di LIKE facebooknya
Copyright © 2016. Isriyanto - All Rights Reserved
Template Modify by Isriyanto, S.Pd.SD Inspired Love for Blog
Proudly powered by Blogger