UNTUK PERSATUAN UMAT ISLAM
Diambang pintu abad ke XXII, dunia Islam tetap siap menyongsong datangnya abad harapan untuk menemukan kembali masa kejayaan Islam menuju baldatun toyyibatun warabbun ghofur. Kini ummat Islam mulai dari gurun Marokko, Timur Tengah, Tiongkok, Pacific sampai ke benua Amerika; kemudian melingkar antara Turkestan dan Konggo di Afrika, menyebang ke Inggris, lalu membelok ke Timur bertolak dari Pakistan, Bangladesh menyusur ke Malaysia, menggelora di Indonesia sampai ke Benua Kanguru, tidak kurang dari 500.000.000 pengikut Nabi Muhammad SAW sedang bergerak merambah jalan dengan aspirasi dan stimulasi baru menuju satu titik ialah KEBANGKITAN ISLAM DI PANGGUNG SEJARAH DUNIA. Lambat atau cepat, pada suatu ketika getaran dan goncangan dari gerakan perjuangan Islam akan dirasakan oleh ummat manusia di seluruh dunia.
Agama Islam sebagai sumbu kelahiran kebudayaan Islam, telah memercikan sinar dari tengah-tengah gurun tandus jazirah Arabia yang segar, bersinar diantara kebudayaan Barat dan Timur dalam kurun waktu 1.400 tahun sejak priode hijriyyah. Adalah kenyataan sejarah, suatu fakta, realita, dokumenta dan historika, bahwa Islam dan kebudayaannya pernah jaya, memiliki tahun-tahun keemasan dan abad-abad gemilang. Di Indonesia sendiri sejarah tidak pernah memungkiri akan kekuatan dan keaktifan dari para ulama, kita berhak menyebut nama-nama Haji Samanhudi, Haji Umar Said Tjokroaminoto, H. A. Salim, K. H. M. Dahlan, K. H. Hasyim Asy`ari, Dr. M. Natsir dan lain-lainnya.
Apabila kita menoleh kebelakang sejarah kekuatan Muslimin di negeri ini dibawah naungan para ulama, yang bukan hanya sebagai pejuang akan tetapi juga figur ummat, bukan hanya memperjungkan kemerdekaan bangsa ini, akan tetapi juga menjaga Islam tetap dalam persatuan, nampaklah masa jaya Islam di negeri ini dengan Serikat Islam, Hisbullah, Muhammadiyah dan sebagainya, itulah sudut para ulama kita yang terdahulu. Nah, kita sekarang berada disatu sudut ulama yang lain akan individunya. Melihat perbandingan dari keduanya, untuk latar belakang ilmu & pendidikan kemungkinan tidak jauh berbeda, karena semuanya adalah jebolan dan alumni pesantren, akan tetapi wujud yang terjadi, terdapat jelas adanya perbedaan diantara keduanya. Ulama terdahulu, walau berjuang tanpa harta namun orang mengenal kebesaran Islam secara menyeluruh, karena mereka tetap dalam satu perjuangan dan satu aqidah, organisasi boleh berbeda tapi Islam yang menyatukan mereka, maka kekuatan dan kebesaran Islam pun terlihat dengan peran mereka mencapai kemerdekaan bangsa ini. Sedangkan sekarang ini, walaupun bangsa Indonesia sudah merdeka dan dikenal sebagai mayoritas Islam penduduknya, namun tidak terlalu terlihat akan kekuatan Islam yang sesungguhnya, kemungkinan ini adalah dari umat Islam ini sendiri, namun sesungguhnya peran ulama juga memiliki peran yang sangat penting, untuk menghasilkan persatuan umat ini. Satu nilai yang jelas dalam sejarah, bagaimana kekuatan dan kebesaran Islam terlihat pada masa Wali Songo, K. H. Hasyim Asy`ari, K. H. Ahmad Dahlan, H. Agus Salim, dan yang lainnya, karena ulama pada waktu itu bukan hanya menjadi pembimbing umat soal ilmu agama, tetapi mereka juga sebagai kepercayaan dari seluruh umat, bahwa mereka tidak mementingkan kelompok dan diri mereka sendiri, mereka adalah hamba Allah, berjuang menjaga Aqidah Islam, serta mereka adalah pemersatu umat. Lalu bagaimana sekarang ini, seolah umat terjebak dalam suatu kepanatikan tertentu kepada suatu golongan, yang tidak memandang “apakah merusak persatuan umat atau tidak ?”, dan yang bertanggung jawab soal ini adalah ulama yang ada di kelompok itu sendiri, kalau ulama sudah masa bodoh soal ini, peristiwa MONAS, akan terus berulang, karena AHMADIYAH sudah mengaku Islam tapi mengakui Ahmad Ghulam sebagai nabi setelah Nabi Muhammad SAW, artinya mereka sudah merekayasa akan Islam sebagai agama mereka, karena ajaran Islam sudah jelas Nabi Muhammad SAW adalah Khotamul Anbiya wa Imamul Mursalin, maka kalau masih ada ulama kita yang masih meragukan, bahwa Ahmadiyah sebagai ajaran di luar Islam, maka akan banyak perang saudara yang berpihak kepada aturan-aturan jahiliyyah, hilangnya kekuatan spirit gurun pasir (mentauladani baginda aNabi Muhammad SAW), dan persatuan dalam kesatuan dalam politik (mencapai kepemimpinan Islami) akan berantakan, maka jikalau tidak segera disadari maka lambat laun kebesaran Islam hanya dirasakan oleh pendiri-pendiri bangsa ini, dan yang senang serta bertepuk tangan adalah mereka yang membenci Islam untuk bersatu. Na`uzu Billahi Min Zalik.
No comments:
Post a Comment