Cinta ataukah Zina?
Oleh: "Isriyanto, S.Pd" | Giat Belajar
Jul 3, 2013
"Hidup tanpa CINTA bagai taman tak berbunga...." bagian syair lagu yang terkenal dari Raja Dangdut Rhoma Irama yang sering menjadi nilai alasan mengapa manusia tidak bisa dilepaskan dari kata CINTA, tanpa cinta hidup tidak indah, tanpa cinta hidup rasanya hampa. Seperti itulah kira-kira bagian dari nilai cinta. Cinta adalah suatu perasaan yang positif dan diberikan pada manusia atau benda lainnya. Bisa dialami semua makhluk. Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Khususnya untuk kita orang Islam, CINTA mempunyai tempat yang berharga dalam kehidupan kita karna cinta yang tertinggi disebut mahabbah yaitu ketika cinta yang dimiliki memiliki esensi semuanya hanya karena dan untuk Allah dan Rasulnya.
Karena cinta mempunyai nilai yang baik bahkan mulia dan agung, maka cinta semestinya dijaga jangan sampai keluar dari koridornya. Menempatkan cinta bukan karena dorongan hawa nafsu dan syahwat, karena cinta seringkali menjadi alasan dalam memperturutkan hawa nafsu dan syahwat manusia. Sehingga seringkali cinta diposisikan pada posisi arti dan paragdigma baru. Katanya, "bukan cinta kalau belum "berdua-duaan"", "bukan cinta kalau tidak "bermesra-mesraan"" bahkan katanya "bukan cinta kalau belum melakukan hubungan seks sebagai bentuk bukti dan pengorbanan dari cinta". Padahal "cinta" sesungguhnya adalah dapat menempatkan apa-apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan sebelum waktunya, karena "cinta" itu suci maka, bukanlah cinta kalau ada dosa didalamnya, "cinta" itu menjaga kehormatan maka, bukanlah cinta kalau sampai sengaja menghilangkan kehormatan.
Betapa khususnya Islam menjaga "cinta" antara wanita dan laki-laki agar tetap suci, terhormat dan mulia, baginda Rasulullah SAW bersabda :
لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِــامْرَأَةٍ إِلاَّ كَــانَ ثَــالِثَهُمَــا الشَّيْطَــانُ
Artinya:
Sungguh tidaklah seorang laki-laki bersepi-sepi (berduaan) dengan
seorang wanita, kecuali yang ketiga dari keduanya adalah syetan.
(HR. at-Tirmidzi)
berkhalwat (berdua-duaan) antara laki-laki dan wanita yang tidak mempunyai ikatan pernikahan adalah bagian dari tempat dan kondisi adanya iblis (setan) dalam merusak nilai "cinta" yang sebenarnya. Dan ternyata kebenaran hadist ini harus diakui dan dipatuhi karena baru-baru ini, sebuah penelitian membuktikan bahaya berkhalwat tersebut.
Para peneliti di Universitas Valencia menegaskan bahwa seorang yang
berkhalwat dengan wanita menjadi daya tarik yang akan menyebabkan
kenaikan sekresi hormon kortisol. Kortisol adalah hormon yang
bertanggung jawab terjadinya stres dalam tubuh. Meskipun subjek
penelitian mencoba untuk melakukan penelitian atau hanya berpikir
tentang wanita yang sendirian dengannya hanya dalam sebuah simulasi
penelitian. Namun hal tersebut tidak mampu mencegah tubuh dari sekresi
hormon tersebut.
“Cukuplah anda duduk selama lima menit dengan
seorang wanita. Anda akan memiliki proporsi tinggi dalam peningkatan
hormon tersebut,” inilah temuan studi ilmiah baru-baru ini yang dimuat
pada Daily Telegraph!
Para ilmuwan mengatakan bahwa hormon
kortisol sangat penting bagi tubuh dan berguna untuk kinerja tubuh
tetapi dengan syarat mampu meningkatkan proporsi yang rendah, namun jika
meningkat hormon dalam tubuh dan berulang terus proses tersebut, maka
yang demikian dapat menyebabkan penyakit serius seperti penyakit jantung
dan tekanan darah tinggi dan berakibat pada diabetes dan penyakit
lainnya yang mungkin meningkatkan nafsu seksual.
Bentuk yang
menyerupai alat proses hormon penelitian tersebut berkata bahwa stres
yang tinggi hanya terjadi ketika seorang laki-laki berkhalwat dengan
wanita asing (bukan mahram), dan stres tersebut akan terus meningkat
pada saat wanitanya memiliki daya tarik lebih besar! Tentu saja, ketika
seorang pria bersama dengan wanita yang merupakan saudaranya sendiri
atau saudara dekat atau ibunya sendiri tidak akan terjadi efek dari
hormon kortisol. Seperti halnya ketika pria duduk dengan seorang pria
aneh, hormon ini tidak naik. Hanya ketika sendirian dengan seorang pria
dan seorang wanita yang aneh!
Para peneliti mengatakan bahwa pria
ketika ada perempuan asing disisinya, dirinya dapat membayangkan
bagaimana membangun hubungan dengannya (jika tidak emosional), dan dalam
penelitian lain, para ilmuwan menekankan bahwa situasi ini (untuk
melihat wanita dan berpikir tentang mereka) jika diulang, mereka
memimpin dari waktu ke waktu untuk penyakit kronis dan masalah
psikologis seperti depresi.
Barangkali negara-negara yang menganut paham kebebasan antara laki-laki dan perempuan, penelitian dan penemuan ini dianggap angin lalu, akan tetapi negara yang mempuyai budaya ketimuran seperti kita Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam harus merespon dari hasil penelitian ini karena inti dari penelitian ini bahwa antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim berdua-duaan maka, bisa memunculkan keinginan untuk melakukan hubungan seks yang belum waktunya (zina). Artinya "berdua-duaan" antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim apalagi di tempat-tempat sepi dan gelap tanpa ditemani salah seorang keluarga atau orang tuanya (---pacaran atau berteman saja---) walaupun tidak melakukan hubungan suami-isteri sama saja melakukan perbuatan mendekati zina. Sedangkan kalau kita mengaku orang Islam yang meyakini Al-Qur'an sebagai kitab suci kita maka, secara otomatis pula kita melaksanakan perintah salah satu ayat yang ada di didalam Al-Qur'an yaitu :
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
“Dan janganlah kalian mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.” (Al-Israa’: 32)
Penjelasan makna ayat
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا
Dan janganlah kalian mendekati zina.
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata tentang ayat ini: “Allah
subhanahu wata’ala berfirman dalam rangka melarang hamba-hamba-Nya dari
perbuatan zina dan larangan mendekatinya, yaitu larangan mendekati
sebab-sebab dan pendorong-pendorongnya.” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir,
5/55)
Asy-Syaikh As-Sa’di rahimahullah menjelaskan tentang ayat ini di
dalam tafsirnya, “Larangan mendekati zina lebih mengena ketimbang
larangan melakukan perbuatan zina, karena larangan mendekati zina
mencakup larangan terhadap semua perkara yang dapat mengantarkan kepada
perbuatan tersebut. Barangsiapa yang mendekati daerah larangan, ia
dikhawatirkan akan terjerumus kepadanya, terlebih lagi dalam masalah
zina yang kebanyakan hawa nafsu sangat kuat dorongannya untuk melakukan
zina.” (Lihat Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal.457)
إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً
Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan keji.
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Maksudnya adalah dosa yang sangat besar.” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 5/55)
Asy-Syaikh As-Sa’di berkata, “Allah subhanahu wata’ala menyifati
perbuatan ini dan mencelanya karena ia (كَانَ فَاحِشَةً) adalah
perbuatan keji.
Maksudnya adalah dosa yang sangat keji ditinjau dari kacamata
syariat, akal sehat, dan fitrah manusia yang masih suci. Hal ini
dikarenakan (perbuatan zina) mengandung unsur melampaui batas terhadap
hak Allah dan melampaui batas terhadap kehormatan wanita, keluarganya
dan suaminya. Dan juga pada perbuatan zina mengandung kerusakan moral,
tidak jelasnya nasab (keturunan), dan kerusakan-kerusakan yang lainnya
yang ditimbulkan oleh perbuatan tersebut.” (Lihat Taisir Al-Karim
Ar-Rahman, hal.457)
وَسَاءَ سَبِيلًا
dan (perbuatan zina itu adalah) suatu jalan yang buruk.
Al-Imam Ath-Thabari rahimahullah mengatakan, “Dan zina merupakan
sejelek-jelek jalan, karena ia adalah jalannya orang-orang yang suka
bermaksiat kepada Allah subhanahu wata’ala, dan melanggar perintah-Nya.
Maka jadilah ia sejelek-jelek jalan yang menyeret pelakunya kedalam
neraka Jahannam.” (Tafsir Ath-Thabari, 17/438)
Asy-Syaikh As-Sa’di rahimahullah menafsirkan lafazh ayat (yang
artinya) “suatu jalan yang buruk” dengan perkataannya, “Yaitu jalannya
orang-orang yang berani menempuh dosa besar ini.” (Lihat Taisir Al-Karim
Ar-Rahman, hal. 457)
Al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah menyatakan bahwa Allah subhanahu
wata’ala mengabarkan tentang akibat perbuatan tersebut. Bahwasannya
perbuatan tersebut adalah sejelek-jelek jalan. Karena yang demikian itu
dapat mengantarkan kepada kebinasaan, kehinaan, dan kerendahan di dunia
serta mengantarkan kepada adzab dan kehinaan di akhirat. (Lihat Al-Jawab
Al- Kafi, hal. 206).
Intinya berdua-duaan dengan pasangan yang bukan muhrim apalagi sampai melakukan hubungan suami isteri bukanlah bagian dari cinta tapi bagian dari zina. WaLLAHU a'lam. @
Label:
Amar Ma'ruf,
ISLAM,
Nahi Mungkar,
OPINI,
SEJENAK,
XXX/PORNOGRAFI
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment