Setiap pemeluk agama mempunyai istilah Tahun Baru masing-masing dan juga mempunyai cara masing-masing dalam peringatan dan perayaannya. Begitu pula umat Islam memiliki Tahun Baru Hijriyyah sebagai perhitungan dan pergantian tahun yang patut disyukuri akan keberadaannya karena sarat dengan hikmah Hijrahnya Rasulullah SAW.
Lalu, bagaimana dengan Tahun Baru Masehi bagi umat Islam?.
10 hal ini seharusnya cukup menjadi alasan untuk seseorang muslim untuk tidak ikut merayakan tahun baru, ini dia alasannya:
Alasan Sejarah
Dalam The World Book Encyclopedia dijelaskan bahwa Penguasa Romawi
Julius Caesar mengambil keputusan 1 Januari juga sebagai hari permulaan
th. baru sejak era ke 46 SM. Orang Romawi menghadirkan hari itu (1
Januari) pada Janus, dewa semua gerbang, pintu-pintu, serta permulaan
(saat). Bln. Januari di ambil dari nama Janus sendiri, yakni dewa yang
mempunyai dua muka – suatu berwajah menghadap ke (saat) depan serta
sebuahnya lagi menghadap ke (masa) lalu.
Jika demikian, merayakan tahun baru masehi memiliki keterkaitan historis
dengan ritual/budaya paganisme Romawi. Bagaimana jika tidak tahu
sejarah tersebut.? Cukuplah firman Allah menjadi pengingat kita:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya” (QS. Al isra’: 36)
Tasyabbuh
Perayaan tahun baru masehi adalah kebiasaan orang-orang barat yang sama
sekali tidak sesuai dengan ajaran Islam. Merayakan tahun baru termasuk
menyerupai kebiasaan mereka (tasyabuh). Kita patut khawatir, sebab
tasyabuh bis membuat seseorang jatuh ke dalam golongan yang
diserupainya.
Rasulullah bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Daud)
لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَشَبَّهَ بِغَيْرِنَا
“Bukan termasuk golongan kami siapa saja yang menyerupai selain kami” (HR. Tirmidzi; hasan)
Terompet Yahudi
Perayaan tahun baru identik dengan terompet. Bahkan meniup terompet
dianggap sebagai perayaan yang paling sederhana menyambut tahun baru.
Selain harganya murah, juga mudah dilakukan.
Tapi tahukah kita bahwa meniup terompet adalah kebiasaan Yahudi sehingga
ketika ada sahabat mengusulkan meniup terompet sebagai tanda masuknya
shalat, Rasulullah mensabdakan,
هو من أمر اليهود
“Membunyikan terompet adalah perilaku orang-orang Yahudi” (HR. Abu Daud; shahih)
Pemborosan
Merayakan tahun baru, khususnya dengan acara musik dan pesta kembang api
serta acara sejenisnya, pastilah membutuhkan dana yang tidak sedikit.
Hal ini termasuk bentuk pemborosan yang dibenci oleh Allah Subhanahu wa
Ta’ala.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إن الله كره لكم ثلاثا قيل وقال وإضاعة المال وكثرة السؤال
“Sesungguhnya Allah membenci tiga hal pada kalian; kabar burung, membuang-buang harta, dan banyak bertanya.” (HR. Bukhari)
Begadang sepanjang malam
Salah satu bentuk perayaan tahun baru yang paling umum adalah menunggu
detik-detik pergantian tahun, yakni tepat pukul 00:00. Dengan demikian,
orang-orang yang merayakan tahun baru, mereka begadang hingga dini hari.
Begadang yang tidak memiliki kemaslahatan merupakan salah satu hal yang
dibenci oleh Rasulullah. Jika tidak ada keperluan penting, Rasulullah
biasa tidur di awal malam.
وَكَانَ يَكْرَهُ النَّوْمَ قَبْلَهَا وَالْحَدِيثَ بَعْدَهَ
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci tidur sebelum shalat isya’ dan ngobrol setelah isya’ (HR. Bukhari)
Meninggalkan shalat
Sering kali, karena begadang sepanjang malam dan baru tidur menjelang
fajar atau pagi hari, orang yang merayakan tahun baru meninggalkan
Shalat Subuh. Bahkan terkadang shalat isya’ juga tidak dihiraukan karena
acara perayaan sudah dimulai sejak petang.
Meninggalkan shalat adalah salah satu dosa besar. Bahkan meninggalkan
shalat dengan sengaja, bisa menjerumuskan seseorang ke dalam kekufuran.
Menyia-nyiakan waku
Merayakan tahun baru dengan berbagai bentuk aktifitasnya, apalagi yang
hura-hura, adalah termasuk menyia-nyiakan waktu. Padahal, dalam Islam,
waktu sangatlah berharga sehingga Allah bersumpah demi waktu. Dan di
akhirat nanti, seseorang juga tidak bisa beranjak dari tempatnya hingga
ditanya waktunya untuk apa dihabiskan.
Imam Syafi’i membuat kesimpulan yang sangat tepat terkait dengan waktu:
ونفسك إن أشغلتها بالحق وإلا اشتغلتك بالباطل
“Jika dirimu tidak tersibukkan dengan hal-hal yang baik (haq), pasti akan tersibukkan dengan hal-hal yang sia-sia (batil)”
Ikhtilath
Perayaan tahun baru umumnya tidak memisahkan antara laki-laki dan
perempuan yang bukan mahram. Sehingga terjadilah ikhtilath yang luar
biasa. Bersentuhan lawan jenis menjadi tidak terelakkan, bahkan memang
disengaja.
لأَنْ يُطْعَنَ فِي رَأْسِ رَجُلٍ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لا تَحِلُّ لَهُ
“Ditusuknya kepala seseorang dengan pasak dari besi, sungguh lebih baik
baginya daripada menyentuh wanita yang bukan mahramnya.” (HR. Thabrani;
shahih)
Hal-hal haram
Perayaan tahun baru dengan musik dan acara sejenis, kadang juga disertai
dengan hal yang jelas-jelas haram. Misalnya minuman keras. Jika ini
yang dilakukan tentu dosanya semakin banyak.
Terjerumus zina
Termasuk hal yang paling parah dalam perayaan tahun baru adalah
terjerumus zina. Ini bukan kekhawatiran semata, karena faktanya banyak
berita yang melaporkan pembelian kondom meningkat menjelang tahun baru
dan paginya di tanggal 1 Januari ditemukan banyak kondom bekas di lokasi
perayaan tahun baru.
Ada yang berzina karena memang sudah direncanakan dari awal. Namun ada
juga perempuan yang terjerumus ke dalam zina saat perayaan tahun baru
karena dimulai dari ikhtilath dan mengkonsumsi minuman keras hingga
mabuk. Na’udzubillah min dzalik.
No comments:
Post a Comment